DEAL EKBIS | Di tengah dinamika geopolitik dan ekonomi global yang terus berubah, kerja sama ekonomi bilateral menjadi kunci stabilitas dan pertumbuhan berkelanjutan. Salah satu hubungan yang semakin mendapat sorotan adalah antara Indonesia dan Australia—dua negara bertetangga dengan potensi kolaborasi yang luar biasa besar, namun masih belum sepenuhnya tergarap.
Dengan berlakunya IA-CEPA (Indonesia–Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement) pada tahun 2020, kedua negara kini memiliki fondasi hukum dan strategi yang kuat untuk meningkatkan kerja sama ekonomi lintas sektor. Namun, seberapa jauh kemitraan ini bisa berkembang menjadi kekuatan ekonomi kawasan?
Contents
Peluang Besar dari Kedekatan Geografis dan Komplemen Ekonomi
Letak geografis Indonesia dan Australia yang hanya dipisahkan oleh Laut Timor dan Arafura menjadi modal strategis pertama. Keduanya adalah negara besar di Asia Pasifik, namun dengan struktur ekonomi yang saling melengkapi. Australia unggul di sektor pertanian, pertambangan, dan pendidikan, sementara Indonesia memiliki pasar domestik raksasa, tenaga kerja melimpah, dan sektor manufaktur yang berkembang.
Menurut data Kementerian Perdagangan RI, total nilai perdagangan bilateral Indonesia-Australia pada 2023 mencapai lebih dari USD 12 miliar, dengan tren meningkat setiap tahun. Komoditas utama Australia ke Indonesia meliputi gandum, batu bara, dan ternak hidup, sedangkan Indonesia mengekspor produk manufaktur, tekstil, alas kaki, serta komponen elektronik ke Australia.
“Hubungan ini bersifat simbiosis. Kita punya populasi besar, mereka punya bahan baku dan teknologi. Kombinasi ini sangat strategis,” ujar Dr. Rizal Affandi, ekonom internasional dari Universitas Indonesia.
IA-CEPA: Pintu Terbuka untuk Investasi dan Akses Pasar
Perjanjian IA-CEPA memberikan keuntungan signifikan bagi kedua belah pihak. Dari sisi Indonesia, IA-CEPA membuka akses pasar bebas bea untuk 99% ekspor ke Australia. Di sisi lain, Australia memperoleh kepastian hukum dan iklim investasi yang lebih bersahabat di Indonesia.
Salah satu bentuk nyata dari IA-CEPA adalah dorongan pada sektor pendidikan tinggi, di mana universitas-universitas Australia kini bisa membuka kampus cabang di Indonesia. Selain itu, skema vokasi dan pelatihan kerja untuk tenaga terampil Indonesia di Australia juga tengah dikembangkan.
Tak hanya itu, IA-CEPA juga menyiapkan landasan bagi proyek-proyek joint venture di bidang agribisnis, energi bersih, dan infrastruktur, terutama dalam kawasan ekonomi khusus dan kawasan industri baru seperti di Kalimantan dan Sulawesi.
Sektor Unggulan: Energi Terbarukan, Pariwisata, hingga Ekonomi Digital
Australia memiliki teknologi dan sumber daya yang kuat dalam energi terbarukan, khususnya tenaga surya dan hidrogen hijau. Sementara Indonesia, sebagai negara tropis dengan kebutuhan energi bersih yang terus tumbuh, menjadi mitra ideal. Peluang kerja sama ini mulai terlihat dalam sejumlah proyek energi terbarukan di Nusa Tenggara dan Papua.
Sektor pariwisata juga menyimpan potensi besar. Sebelum pandemi, lebih dari 1 juta wisatawan Australia mengunjungi Indonesia setiap tahun, menjadikan mereka salah satu pasar terbesar. Penguatan konektivitas penerbangan dan promosi destinasi non-Bali menjadi peluang baru.
Di era digital, kolaborasi startup dan fintech lintas negara juga mulai tumbuh, terutama dengan keterlibatan investor Australia di ekosistem startup Indonesia seperti di bidang pembayaran digital, agritech, dan edukasi daring.
Tantangan dan Dinamika Politik
Meski peluang besar terbuka, hubungan ekonomi Indonesia–Australia tidak lepas dari tantangan. Perbedaan sistem hukum, isu visa kerja, perlindungan investasi, dan sensitivitas politik kadang memperlambat kemajuan. Isu diplomatik seperti pengawasan terhadap Papua, perbedaan posisi geopolitik, dan ketegangan regional di Indo-Pasifik kadang menjadi ujian hubungan bilateral.
Namun menurut Duta Besar RI untuk Australia, “Hubungan Indonesia–Australia kini berada dalam titik paling stabil dalam sejarah. Tantangan tetap ada, tapi keduanya sudah lebih dewasa dalam menghadapi perbedaan.”
Menuju Kemitraan Strategis Ekonomi Abad 21
Kerja sama ekonomi antara Indonesia dan Australia sedang memasuki fase baru: dari hubungan dagang konvensional menjadi kemitraan strategis yang saling membangun dan pro-rakyat. Jika dikelola secara cerdas, hubungan ini dapat menjadi model kemitraan selatan-selatan yang saling menguntungkan dan berkelanjutan.
Dalam dunia yang terus terfragmentasi oleh ketidakpastian global, Indonesia dan Australia memiliki peluang emas untuk menunjukkan bahwa kedekatan geografis dapat ditransformasikan menjadi kedekatan ekonomi dan kemakmuran bersama. (ath)