DEAL MEDAN | Calon Tenaga Kerja Indonesia (TKI) mengeluhkan sulitnya bekerja di luar negeri saat ini, hal itu disebabkan invlasi mata uang asing menurun. Selain itu, peluang kerja di luar negeri kurang menerima tenaga kerja dari sektor non terampil.
Hal itu disampaikan Amin, salah seorang TKI di Uni Emirat Arab kota Qatar dan Abu Dhabi. Menurutnya, tenaga kerja sektor terampil seperti pabrik-pabrik yang menggunakan tangan manusia.
“Sekarang semua pakai mesin, robot, aplikasi, jadi tenaga manusia yang terampil kurang diminati,” katanya kepada www.deal-channel.com pada Selasa (27/12) pagi tadi.
Amin mengatakan, Negara maju seperti Dubai, Qatar, Abu Dhabi dan Riyadh sudah mengurangi tenaga kerja manusia, mereka mulai menggunakan mesin dan aplikasi dalam mengembangkan perusahaan mereka.
Apalagi perkembangan teknologi informasi saat ini, perusahaan luar negeri berlomba-lomba menggunakannya. Beberapa perusahaan luar negeri yang telah menggunakan teknologi informasi seperti manufaktur, otomotif, industri keuangan, restoran cepat saji dan perhotelan.
“Kita jauh tertinggal, apalagi kalau tidak mau belajar,” tegasnya.
Fenomena tersebut dinilai wajar, apalagi kondisi zaman saat ini dimana semua industri mengunakan teknologi informasi yang notabene masin dan aplikasi.
“Ya sekarang zamannya IT dan aplikasi, harus mengikutinya jika tidak ketinggalan zaman,” tegas pengamat hukum dan media dari Alwas Institute Indonesia Alim Thonthowi kepada awak media di Medan, Senin (26/12) kemarin.
Menurut dosen yang pernah mengikuti pendidikan di luar negeri ini, pengalamannya melihat TKI di sana memprihatinkan, apalagi jika mereka tidak mempunyai keahlian.
“Prihatin, mereka rata-rata tidak lulus sekolah, modal tenaga saja, kadang bahasa asing tidak cukup bagus, tapi kelebihannya mudah bergaul dan mau belajar,” tegas Alim. (jm)