Bandar Seri Begawan: Di Balik Kemegahan dan Kedamaian Sang Permata Borneo

DEAL FOKUS | Bandar Seri Begawan, ibu kota Brunei Darussalam, mungkin tak sepopuler kota-kota besar di Asia Tenggara seperti Bangkok, Kuala Lumpur, atau Jakarta. Namun, kota ini menyimpan pesona tersendiri yang tak bisa diabaikan: perpaduan antara kekayaan budaya Melayu Islam, arsitektur megah, dan suasana kota yang tenang, nyaris tanpa hiruk-pikuk.

Memasuki kota ini di pagi hari, yang pertama terasa adalah kedamaiannya. Lalu lintas bergerak lambat dan teratur. Tidak ada suara klakson bersahutan atau keramaian jalanan. Seakan waktu di kota ini berjalan dengan ritme yang berbeda. Warga lokal, yang sebagian besar mengenakan pakaian tradisional Melayu, terlihat ramah dan tenang. Ini bukan kota yang terburu-buru—ini kota yang menikmati keheningannya.

Read More

 

Kemegahan Istana dan Masjid

Jantung kota tak bisa dipisahkan dari simbol-simbol kebesaran negara. Istana Nurul Iman, kediaman resmi Sultan Hassanal Bolkiah, menjulang megah di tengah hijau pepohonan. Meski tak bisa dimasuki secara umum kecuali saat Hari Raya, keberadaannya mengingatkan bahwa Brunei adalah negara monarki yang masih memegang teguh tradisi kerajaannya.

Tak jauh dari istana, Masjid Sultan Omar Ali Saifuddien berdiri anggun. Kubah emasnya memantulkan cahaya matahari, dikelilingi kolam buatan yang tenang. Masjid ini bukan hanya tempat ibadah, tetapi juga pusat spiritual dan simbol arsitektur Islam modern yang memadukan gaya Mughal dan Melayu.

 

Kampong Ayer: Warisan di Atas Air

Namun, di balik kemegahan arsitektur dan ketertiban kota, Bandar Seri Begawan juga menyimpan cerita lama: Kampong Ayer. Perkampungan air ini disebut sebagai “Venesia dari Timur”—rumah-rumah panggung kayu yang berdiri di atas Sungai Brunei, lengkap dengan sekolah, masjid, hingga kantor polisi.

Kehidupan di Kampong Ayer adalah cermin dari semangat warga Brunei dalam menjaga warisan. Meski banyak yang telah pindah ke darat, beberapa keluarga tetap tinggal di rumah-rumah air yang telah dihuni turun-temurun. Ketika reporter mengunjungi salah satu rumah, tuan rumah menyambut dengan teh manis dan cerita panjang tentang bagaimana modernisasi datang tanpa menghapus jati diri.

 

Kota dengan Nafas Panjang

Bandar Seri Begawan bukan kota dengan mal besar atau pusat hiburan gemerlap. Tapi kota ini memiliki taman-taman yang terawat, museum-museum sejarah, dan udara bersih yang menyegarkan. Di sinilah arti pembangunan berkelanjutan terasa nyata—di mana kemajuan tidak mengorbankan ketenangan dan identitas budaya.

Bagi yang datang mencari gegap gempita, mungkin kota ini terasa sunyi. Tapi bagi yang ingin memahami bagaimana kota kecil bisa memeluk modernitas tanpa meninggalkan akar tradisinya, Bandar Seri Begawan menawarkan pelajaran yang dalam. (ath)

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *