DEAL TEKNOLOGI | Teknologi bukan lagi sesuatu yang baru dalam kehidupan manusia. Tidak hanya dapat membantu pekerjaan manusia, bahkan di kabarkan teknologi masa depan dapat menggantikan manusia, Benarkah?
Pengertian AI dapat dibaca di artikel sebelumnya : Apa Itu Artificial Intelligence
Ya, Pemilik perusahaan teknologi Tesla dan Space-X yaitu Elon Musk pernah mengatakan Artificial Intelligence (Disingkat : AI) lebih berbahaya daripada Nuklir.
“Saya sangat dekat dengan teknologi AI yang canggih, dan ini sangat membuat saya takut. Teknologi ini sangat jauh dari yang diketahui banyak orang, juga tingkat perkembangannya yang eksponensial,” ujar Musk.
AI saat ini dapat dianggap berbahaya jika tidak dikelola dengan baik. Beberapa risiko yang dapat terjadi meliputi:
Kehilangan Pekerjaan
AI dapat menggantikan manusia sebagai pekerja di berbagai bidang, seperti produksi, perbankan, dan layanan pelanggan. Hal ini dapat menyebabkan peningkatan pengangguran dan kesulitan ekonomi bagi banyak orang.
Ini adalah salah satu risiko terburuk bagi manusia. Bagaimana tidak, dengan 1 aplikasi yang menggunakan AI dapat menggantikan 10 manusia dalam pekerjaannya.
Menurut Havens, ia pernah mewawancarai seorang bos dari perusahaan konsultan hukum soal machine learning. Saat itu ia ingin mempekerjakan lebih banyak orang, namun ia juga diwajibkan untuk mencapai hasil tertentu oleh pemegang sahamnya.
Sampai ia akhirnya menemukan sebuah software bernilai USD 200 ribu yang bisa menggantikan posisi 10 orang, dengan gaji masing-masing USD 100 ribu. Artinya dengan menggunakan software itu ia bisa menghemat USD 800 ribu.
Tak cuma itu, tingkat produktivitas dengan software itu meningkat 70%, dengan tingkat kesalahan hanya 5%. Dari sisi pemegang saham, hal itu tentu sangat menguntungkan.
Masalah Privasi dan Keamanan
Bagi manusia, data pribadi tentu memiliki bagian. Dimana ada bagian yang dipublish dan ada yang di rahasiakan. Namun dengan teknologi AI, masalah privasi ini dapat ditembus dengan mudah bahkan tanpa konfirmasi. AI dapat mengumpulkan dan menganalisis data pribadi yang dapat digunakan untuk melakukan pengintaian atau penipuan.
Dalam makalah berjudul ‘The Malicious Use of Artificial Intelligence: Forecasting, Prevention, and Mitigation’ yang dipublikasikan pada Februari 2018, 26 peneliti dari 14 institusi berbagai sektor menemukan sejumlah bahaya yang bisa ditimbulkan oleh AI dalam waktu kurang dari lima tahun.
‘Malicious use of AI’, begitu judul laporan berjumlah 100 halaman. Dalam laporan ini menjelaskan bagaimana AI dapat mengancam keamanan digital, dengan menggunakan AI yang sengaja dibuat untuk melakukan tindak kriminal, meretas, atau melakukan social engineering terhadap korban, dan lain sebagainya.
Begitu juga dengan masalah privasi. Contoh terdekat adalah langkah pemerintah China untuk memanfaatkan teknologi pengenal wajah untuk mendeteksi pergerakan warganya, baik itu di kantor, sekolah, ataupun berbagai tempat publik lainnya.
Masalah Keamanan
Keamanan tentu saja sesuatu yang menjadi perhatian khusus untuk melindungi diri kita dari bahaya. Tetapi dengan sistem yang di bangun dengan algoritma AI, dapat digunakan untuk melakukan serangan cyber atau menyusup ke sistem penting. Sama halnya dengan privasi, keamanan cyber merupakan salah satu perhatian penting di zaman teknologi sekarang ini. Selain keamanan prbadi, teknologi juga digunakan di hampir seluruh penyimpanan data sebuah negara.
Oleh karena itu, pagi para pengembang (Developer) perlu adanya penelitian terkait pengembangan dan penggunaan AI dan disusunnya regulasi yang ketat dan pengawasan yang baik untuk memastikan bahwa perkembangan AI tidak sampai memberikan dampak yang buruk dan tidak menimbulkan masalah bagi masyarakat.