DEAL MEDAN | Era digital mampu menghantam sebagian bisnis kecil dan industri rumahan, namun sisi baiknya menghasilkan start up baru. Kini, bisnis di Indonesia sudah memasuki era digital dan serba digitalisasi. Termasuk dunia bisnis penerbitan buku dan jurnalistik.
Khusus jurnalistik, sudah banyak media massa berbasis online, baik terbit harian ataupun rilis mingguan. Sebut saja, detik.com yang terbit harian bahkan perdetik. Kemudian media mingguan seperti www.deal-channel.com dan kontan.com grup MNC. Semua berlomba-lomba menuju digitalisasi.
Bagaimana dengan penerbitan buku?
Alim Thonthowi menilai, dunia penerbitan buku pun tidak lepas dari digitalisasi karena memang sudah era dan zamannya.
“Sekarang zaman digital, zaman online, semua serba online, sudah masuk 5.0 era kita sekarang, termasuk dunia penerbitan buku harus mengikuti era tersebut,” kata owner penerbit Alwas Mart Media kepada www.deal-channel.com
Penerbit Alwas Mart Media adalah penerbit buku fiksi dan buku non fiksi, bahkan sudah menerbitkan karya faksi sejak tahun 2004 lalu. Berdiri sejak tahun 2004 di Lampung Tengah dengan nama saat itu Limas Institute, kemudian pada akhir tahun 2019 melebur dalam perusahaan gabungan (holding company) menjadi CV. Alwas Mart Media di Palembang dengan unit usaha penerbit buku bernama penerbit Alwas Mart Media, Lembaga pelatihan SDM bernama Alwas Institute Indonesia, usaha jurnalistik berupa majalah mingguan online bernama deal-channel, Alwas TV dan usaha kuliner bernama warkop pinggir jalan, warung nasi kuning pinggir jalan dan Alwas cake and bakery.
Saat ini menurut Alim, penerbit Alwas Mart Media telah menerbitkan lebih dari 100 judul buku tercetak dan bernomor ISBN resmi. Buku-buku tersebut bergenre akademisi, buku ajar perguruan tinggi, novel, kumpulan cerpen, biografi tokoh, dan hasil penelitian seperti skripsi, tesis dan kumpulan makalah.
“Konsep kami book on demand dan penerbit indie, artinya buku dicetak sesuai pesanan klien, mereka cukup mengirimkan naskah kemudian kami edit, layout dan desain cover semuanya, kalau mereka siap dicetak dan terbit dengan biaya yang sudah disepakati, kita akan urus nomor ISBN, barcode dan cetak dan terbit buku itu,” jelas mantan hakim pengadilan agama tersebut.
Lebih lanjut Alim menuturkan, biaya cetak relatif tinggi jika dibandingkan dengan penerbitan berbasis digital. Namun, klien menemui kesulitan dalam penjualannya.
“Prosesnya mudah kalau menerbitkan buku digital atau ebook, tapi klien kami sulit menjualnya, apalagi jika bukan mental sales, mereka jualan via media social yang mereka punya,” tegas pemilik Alwas TV dan dosen media Hang Chiang College Malaysia itu ringkas.
Di tengah digitalisasi karya jurnalistik dan penerbitan buku, penerbit Alwas Mart Media masih tetap eksis menerima dan menerbitkan naskah-naskah buku berkualitas, baik dari para guru, dosen, penulis muda, jurnalis, bahkan mereka yang baru saja menyelesaikan skripsi dan tesis.
“Oya, naskah skripsi dan tesis pun kami bisa terbitkan menjadi buku, kirim saja naskahnya dan kita edit, tata letak, desain sampul, kita punya tim solid,” tegas Alim.
Saat ini, kantor redaksi dan pemasaran penerbit Alwas Mart Media di warkop pinggir jalan – jalan pasar V durian 6 tembung kota Medan Sumatera Utara. Secara langsung dapat mengikuti Instagram : alwas_institute atau alim_penulis. (ba)