DEAL PROFIL | Saat Anda memasuki kota Kisaran Kabupaten Asahan Provinsi Sumatera Utara, pas di kawasan bunut alias Cibaduyutnya kota Kisaran, Anda akan melihat hamparan padang golf nan hijau luas terbentang di sisi kiri jalan menuju gapura kota Kisaran.
Lapangan golf, tempat orang-orang kaya bermain bola “pukul” dengan tongkat atau stick panjang terbuat dari besi. Mengapa orang kaya? Jarang sekali orang miskin mampu bermain golf, mereka lebih memilih bermain bola sepak di lapangan kampung daripada harus menghabiskan uang demi berada di padang hijau itu.
Kira-kira demikian ratapan masyarakat sekitar lapangan tersebut, salah satunya para pekerja di sana.
Sumiati, salah seorang pedagang kaki lima yang kebetulan bekerja di warkop dekat lapangan golf Kisaran, ia bertutur kepada www.deal-channel.com soal lapangan hijau tersebut.
Menurutnya, alih-alih masuk ke lapangan hijau dan memukul bola putih itu, mau makan sehari-hari saja susah.
“Oalah bang, lebih baik ada uang untuk makan daripada masuk ke lapangan hijau itu,” tuturnya kepada media ini.
Benar apa yang disampaikan Sumi, kebanyakan orang lebih memilih perut daripada kesenangan. Bermain golf cenderung memberikan kesenangan bagi mereka yang cukup makan, cukup tidur dan cukup tabungannya serta cukup pemasukannya. Namun tidak demikian jika semuanya kurang.
“Kurang makan, kurang minum dan kurang tabungan lebih baik bekerja keras saja dengan sungguh-sungguh, ada banyak cara berolah raga dan menyalurkan kesenangan fisik,” papar pengamat hukum dan media dari Universitas Asahan Alim Thonthowi.
Alim mengatakan, dampak sosial cenderung terlihat saat lapangan golf berada terbuka di pinggir jalan dan semua orang dapat melihatnya tapi tidak mampu menikmatinya. Menurutnya, lapangan golf tersebut ibarat terbuka namun tetap rahasia.
“Sesungguhnya penuh rahasia tetapi mampu dilihat terbuka,” jelas mantan hakim tersebut. (red/ba)
