DEAL MEDAN | Warung kopi atau warkop, tempat minum dan makan sepuasnya dengan harga murah. Biasanya anak-anak muda dan remaja yang gemar duduk di sana, tapi saat ini tidak lagi mengenal usia. Bapak-bapak bahkan opung-opung juga suka sekali duduk dan minum kopi di warkop. Mengapa demikian?
Nano, warga durian 6 Tembung Medan, mengungkapkan kepada deal-channel alasannya. Menurutnya, warkop adalah tempat yang paling top duduk dan nongkrong dalam waktu lama sambal minum kopi dan makan indomie telur. Apalagi jika di warkop itu dilengkapi dengan wifi dan live music, suasana semakin meriah dan nyaman.
Masih sering bingung membedakan antara warkop dan café, Nano sendiri awalnya bingung tapi lama-lama pria asal Palembang itu paham perbedaan keduanya. Warkop hanya warung kopi tempat kecil yang sederhana dengan varian menu rakyat terjangkau, seperti kopi hitam, tea, indomie campur telur, cemilan kecil. Sedangkan café lebih menjangkau lapisan atas dengan varian menu beragam, mulai dari menu khas Eropa, Cina, India bahkan Timur Tengah.
Di kawasan Tembung Medan, telah hadir warkop yang sederhana tapi bermakna. Hal itu dikarenakan warkopi yang bernama warkop pinggir jalan tersebut banyak didatangi oleh para praktisi hukum seperti paralegal, pengacara dan hakim. Warkop yang terletak di jalan pasar V durian 6 Tembung Medan itu, hanya menyajikan varian menu ala rakyat kecil seperti kopi hitam, tea, lemon tea, indomie telur dengan varian rasa, nasi goreng, cemilan kentang goreng, singkong ungu goreng, nugget, roti bakar, siomay dan dimsum.
“Kopi hitam dari Sidikalang dan Aceh Gayo, ada juga dari Banda Aceh, tea dari Sidamanik dan Pagaralam Sumsel, indomie diracik dengan bumbu enak, begitu pula dengan nasi goreng, mantap,” tegas Sun Senardo, pengunjung yang kebetulan seorang paralegal.
Keberadaan warkop pinggir jalan ini, memberikan tempat alternatif bagi para praktisi hukum yang ingin bersantai. Mereka terkadang tidak mau terlalu formal membicarakan kasus dengan klien, warkop adalah tempat pilihannya.
Owner Warkop pinggir jalan Widi Alim memastikan, keberadaan warkop ini bukan untuk bersaing namun sama-sama hadir membawa misi agar dunia kuliner lebih baik lagi di Medan. Menurutnya, para praktisi hukum yang suka minum, makan dan nongkrong di warkop ini karena mereka merasa nyaman dan aman. Selain itu tentunya menu makanan dan minuman yang mereka rasa cukup nikmat dan enak.
Bagaimana dengan harganya? Menurut Suci salah seorang juru masak di warkop pinggir jalan itu mengatakan, soal harga tidak akan membuat kantong bolong apalagi kantongnya para pengacara dan paralegal.(ath)