Neuralink vs Meta: Persaingan Teknologi Antarmuka Otak-Komputer dan Dampaknya terhadap OpenAI

Ilustrasi teknologi antarmuka otak-komputer (BCI), yang menampilkan dua pendekatan utama: sistem implan otak invasif dan perangkat non-invasif berbasis gelombang otak

DEAL TECHNO | Persaingan antara Elon Musk dan Mark Zuckerberg tidak hanya terjadi di dunia media sosial atau kecerdasan buatan, tetapi juga dalam pengembangan teknologi antarmuka otak-komputer (brain-computer interface/BCI). Elon Musk, melalui perusahaannya Neuralink, berfokus pada pengembangan implan otak yang dapat memungkinkan manusia mengontrol perangkat digital hanya dengan pikiran mereka. Sementara itu, Meta, perusahaan milik Zuckerberg, tengah mengembangkan pendekatan non-invasif yang dapat membaca sinyal otak untuk mengendalikan komputer.

 

Read More

Neuralink: Inovasi Implan Otak yang Semakin Canggih

Neuralink telah mencapai tonggak penting dalam pengembangan BCI. Pada Januari 2025, perusahaan ini sukses menanamkan implan otak pada seorang pasien yang mengalami kelumpuhan. Dengan teknologi ini, pasien dapat menggerakkan kursor komputer hanya dengan pikirannya. Implan ini bekerja melalui chip kecil yang ditanamkan di korteks motorik otak, yang mampu menangkap aktivitas neural melalui ribuan elektroda yang sangat tipis.

Namun, tantangan tetap ada. Salah satu masalah yang dihadapi adalah pergeseran elektroda akibat gerakan otak, yang dapat menyebabkan ketidakseimbangan dalam pengolahan sinyal. Neuralink telah mengembangkan algoritma penyesuaian perangkat lunak untuk mengatasi tantangan ini, memungkinkan pemulihan fungsi yang lebih optimal bagi pengguna.

Selain membantu pasien dengan gangguan motorik, Neuralink memiliki visi jangka panjang untuk meningkatkan kemampuan kognitif manusia, termasuk integrasi dengan kecerdasan buatan untuk mempercepat proses berpikir dan berinteraksi dengan mesin secara lebih alami.

 

Meta: Alternatif Non-Invasif dalam Teknologi BCI

Di sisi lain, Meta mengambil pendekatan yang lebih konservatif dengan teknologi BCI non-invasif. Salah satu proyek andalan mereka adalah Brain2Qwerty, sebuah model kecerdasan buatan yang mampu mengonversi sinyal otak menjadi teks dengan akurasi hingga 80%. Teknologi ini menggunakan magnetoencephalography (MEG) untuk menangkap aktivitas otak tanpa memerlukan operasi pembedahan.

Selain Brain2Qwerty, Meta juga mengembangkan perangkat berbasis electromyography (EMG), yang dapat membaca sinyal saraf dari pergerakan tangan atau bahkan niat untuk bergerak. Perangkat ini bertujuan untuk memungkinkan pengguna mengendalikan perangkat digital melalui gerakan ringan atau bahkan hanya melalui niat untuk menggerakkan tangan.

Pendekatan ini dinilai lebih aman dibandingkan metode Neuralink karena tidak memerlukan intervensi bedah. Namun, tingkat akurasi dan kecepatan interaksi masih menjadi tantangan utama bagi teknologi non-invasif ini.

 

Persaingan dan Implikasi Masa Depan

Persaingan antara Neuralink dan Meta mencerminkan dua filosofi berbeda dalam pengembangan teknologi antarmuka otak-komputer. Neuralink bertaruh pada teknologi invasif yang memberikan kendali lebih presisi, sementara Meta berfokus pada metode non-invasif yang lebih mudah diadopsi secara luas.

Kedua perusahaan berlomba untuk mendapatkan pijakan dalam dunia BCI, dengan target jangka panjang yang mencakup peningkatan interaksi manusia dengan kecerdasan buatan, pengobatan penyakit neurologis, dan bahkan kemungkinan menciptakan “antarmuka digital” yang dapat menyatu dengan pemikiran manusia.

Namun, di balik persaingan ini, ada satu musuh bersama yang secara tidak langsung menyatukan keduanya: OpenAI. Neuralink dan Meta memiliki kepentingan besar dalam mengembangkan sistem AI yang dapat diintegrasikan secara langsung dengan manusia. OpenAI, yang kini menjadi pemimpin dalam pengembangan model kecerdasan buatan tingkat lanjut, berfokus pada pembuatan AI yang mandiri dan tidak bergantung pada teknologi manusia secara langsung. Hal ini dapat mengancam posisi Neuralink dan Meta, yang melihat AI sebagai alat untuk memperkuat hubungan antara manusia dan mesin, bukan sebagai entitas independen.

Secara tidak langsung, persaingan Neuralink dan Meta dalam dunia BCI dapat menciptakan aliansi strategis dalam menghadapi dominasi OpenAI. Jika keduanya berhasil menciptakan teknologi BCI yang dapat menyaingi atau bahkan menggantikan kebutuhan akan chatbot dan model bahasa yang berdiri sendiri, maka posisi OpenAI di industri kecerdasan buatan bisa menghadapi tantangan baru.

 

Dampak dan Prospek Masa Depan

Neuralink dan Meta berada di garis depan inovasi teknologi BCI, dengan pendekatan yang berbeda tetapi tujuan yang sama: menciptakan interaksi yang lebih seamless antara manusia dan teknologi. Persaingan ini tidak hanya akan membentuk masa depan BCI, tetapi juga menentukan bagaimana manusia berinteraksi dengan kecerdasan buatan di masa depan. Sementara itu, tantangan dari OpenAI tetap menjadi faktor penting yang dapat mempengaruhi strategi jangka panjang kedua perusahaan ini. Apakah Neuralink dan Meta akan terus bersaing, ataukah mereka akhirnya akan berkolaborasi untuk menghadapi ancaman yang lebih besar? Hanya waktu yang akan menjawabnya. (wam)

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *