Erick Thohir Menjadi Menpora: Jejak Bisnis, Kiprah Sepakbola, dan Agenda Reformasi Olahraga

Erick Thohir resmi ditunjuk Presiden Prabowo sebagai Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) menggantikan Dito Ariotedjo. Dengan latar belakang bisnis dan sepakbola, Erick dihadapkan pada tantangan besar reformasi olahraga, isu rangkap jabatan, hingga persiapan atlet menuju ajang internasional, Deal Photo/Red
Erick Thohir resmi ditunjuk Presiden Prabowo sebagai Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) menggantikan Dito Ariotedjo. Dengan latar belakang bisnis dan sepakbola, Erick dihadapkan pada tantangan besar reformasi olahraga, isu rangkap jabatan, hingga persiapan atlet menuju ajang internasional, Deal Photo/Red

DEAL OLAHRAGA | Presiden Prabowo Subianto resmi mengangkat Erick Thohir sebagai Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) dalam perombakan kabinet yang digelar akhir pekan ini. Erick menggantikan Dito Ariotedjo di Kabinet Merah Putih untuk sisa periode 2024–2029. Prosesi pelantikan berlangsung di Istana Negara dan disebut pemerintah sebagai bagian dari langkah menstabilkan jajaran kabinet usai sejumlah penyesuaian terakhir.

Penempatan Erick — yang sebelumnya memimpin Kementerian BUMN dan dikenal sebagai pengusaha berkelas internasional sekaligus figur penting sepakbola Indonesia — langsung menimbulkan berbagai reaksi. Di satu sisi, ada optimisme terhadap peluang peningkatan prestasi olahraga nasional; di sisi lain, muncul kekhawatiran terkait potensi benturan kepentingan serta implikasi politik dari kursi Menteri BUMN yang kini lowong.

Read More

Mengapa Erick Thohir?

Nama Erick bukan sosok asing dalam pemerintahan maupun dunia olahraga. Ia pernah menjadi Menteri BUMN, mendirikan grup media Mahaka, serta memiliki keterlibatan di sejumlah klub olahraga internasional. Pengalaman itu memberinya jejaring luas sekaligus kemampuan manajerial yang mumpuni. Rekam jejak ini diyakini menjadi salah satu alasan Presiden menunjuknya memimpin Kemenpora, lembaga yang selama ini dihadapkan pada isu klasik: pembinaan atlet, pembangunan infrastruktur, serta tata kelola federasi cabang olahraga.

Dalam pernyataannya, Erick menekankan komitmen awal untuk membangun ekosistem pemuda dan olahraga yang mampu bersaing secara global sekaligus menumbuhkan kecintaan pada tanah air. Fokus ini menandakan arah kebijakan yang menggabungkan pembinaan jangka panjang dengan pencapaian prestasi internasional.

Pekerjaan Besar Menanti

Menpora memikul tanggung jawab multi-sektor: mengatur alokasi anggaran secara proporsional antara infrastruktur dan pembinaan akar rumput, menjaga stabilitas kompetisi domestik, memberantas isu integritas seperti pengaturan skor, hingga menyiapkan atlet menghadapi Olimpiade, Asian Games, maupun kualifikasi Piala Dunia. Erick akan diuji sejauh mana pengalaman bisnis dan jejaring globalnya dapat diterjemahkan menjadi kebijakan yang konkret dan efektif.

Sementara itu, kosongnya kursi Menteri BUMN menimbulkan tekanan politik tersendiri. Pertanyaan pun mengemuka: siapa yang akan mengisi pos penting tersebut dan bagaimana kesinambungan agenda restrukturisasi BUMN akan dijaga?

Polemik Rangkap Jabatan

Setelah pelantikan, perhatian publik tertuju pada status Erick sebagai Ketua Umum PSSI sejak 2023. Rangkap jabatan Menpora dan ketua federasi nasional memunculkan perdebatan soal etika dan potensi konflik kepentingan, mengingat Menpora berfungsi sebagai pembina organisasi olahraga. Erick sendiri menyebut akan menunggu arahan FIFA terkait posisinya di PSSI, sebuah sikap yang mencerminkan kepatuhan pada tata kelola olahraga internasional, namun tetap menyisakan ketidakpastian.

Kritik agar Erick melepas jabatan PSSI datang dari berbagai kalangan yang menilai sulit memadukan dua posisi strategis itu. Namun ada pula pihak yang menimbang keberlanjutannya sebagai Ketua PSSI dapat menjaga momentum reformasi sepakbola nasional, termasuk proyek jangka panjang menuju Piala Dunia.

Implikasi bagi Atlet dan Pemuda

Bagi atlet dan organisasi kepemudaan, masuknya Erick dilihat sebagai peluang memperkuat sinergi pemerintah dengan sektor swasta. Rekam jejaknya dalam mengelola investasi dan organisasi besar diharapkan bisa mendorong sponsor, profesionalisasi liga, hingga pengembangan program beasiswa. Meski begitu, realisasi manfaat tersebut membutuhkan peta jalan yang jelas, koordinasi erat dengan cabang olahraga, serta transparansi tata kelola.

Sinyal Positif atau Manuver Politik?

Penunjukan Erick dapat dibaca sebagai upaya pemerintah menghadirkan figur yang bisa menjembatani dunia bisnis dan olahraga untuk mengerek prestasi bangsa. Namun di sisi lain, langkah ini juga dianggap manuver politik guna menempatkan sosok berpengaruh di posisi strategis, dengan konsekuensi perombakan lanjutan di bidang lain, terutama BUMN.

Dalam enam hingga dua belas bulan ke depan, arah kebijakan Erick akan menjadi indikator: apakah Kemenpora benar-benar bertransformasi menuju tata kelola olahraga yang lebih profesional, atau justru terjebak dalam tarik-menarik politik dan kepentingan federasi. (ath)

 

Pastikan anda terus menerima berita update dari Deal Channel melalui Whatsapp Channel:
https://whatsapp.com/channel/0029VaFToFG8kyyGpriTkR0G

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *