DEAL GENDER | Setiap kali bencana banjir melanda, dampaknya tidak hanya merusak infrastruktur, tetapi juga mengubah kehidupan masyarakat. Di balik bencana ini, ada sosok-sosok perempuan tangguh yang menjadi pilar ketahanan komunitas. Mereka tidak hanya bertahan dalam situasi sulit, tetapi juga mengambil peran aktif dalam penyelamatan, pemulihan, dan pemberdayaan masyarakat.
Peran Sentral Perempuan dalam Krisis Perempuan sering kali menjadi garda terdepan dalam merespons bencana. Mereka bertanggung jawab atas perlindungan keluarga, mengelola logistik darurat, serta memberikan dukungan emosional bagi korban, terutama anak-anak dan lansia. Dalam banyak kasus, perempuan juga menjadi pemimpin dalam upaya pemulihan pasca-bencana dengan membangun kembali komunitas yang lebih tangguh.
Salah satu contohnya adalah para ibu rumah tangga yang berinisiatif mendirikan dapur umum di tengah keterbatasan logistik. Dengan sumber daya seadanya, mereka memastikan bahwa tidak ada anggota komunitas yang kelaparan. Selain itu, relawan perempuan turut serta dalam evakuasi, distribusi bantuan, serta layanan kesehatan bagi korban terdampak.
Tantangan yang Dihadapi Meskipun memiliki peran penting, perempuan dalam situasi bencana sering kali menghadapi berbagai tantangan. Minimnya akses terhadap informasi dan sumber daya membuat mereka lebih rentan terhadap risiko kesehatan dan keamanan. Selain itu, dalam beberapa kasus, perempuan yang kehilangan sumber pendapatan akibat banjir kesulitan untuk kembali membangun ekonomi keluarga.
Di sisi lain, norma sosial yang masih menganggap perempuan sebagai kelompok rentan justru sering kali mengabaikan potensi kepemimpinan mereka dalam penanganan bencana. Padahal, pengalaman membuktikan bahwa keterlibatan perempuan dalam perencanaan dan implementasi mitigasi bencana dapat meningkatkan efektivitas respons dan pemulihan.
Membangun Ketangguhan Melalui Pemberdayaan Menyadari peran strategis perempuan dalam menghadapi bencana, berbagai organisasi kemanusiaan dan pemerintah mulai menginisiasi program pemberdayaan perempuan di daerah rawan banjir. Pelatihan kesiapsiagaan bencana, pendampingan psikososial, serta akses terhadap modal usaha menjadi bagian dari strategi untuk meningkatkan kapasitas perempuan dalam menghadapi dampak banjir.
Salah satu inisiatif yang patut dicontoh adalah program komunitas perempuan tangguh yang melatih para ibu dan remaja perempuan untuk menjadi fasilitator tanggap darurat. Dengan keterampilan ini, mereka tidak hanya dapat melindungi keluarga sendiri, tetapi juga berkontribusi dalam penyelamatan warga lainnya.
Perempuan memiliki peran vital dalam menghadapi bencana banjir, mulai dari penyelamatan hingga pemulihan komunitas. Ketangguhan mereka bukan hanya tentang bertahan, tetapi juga tentang beradaptasi, memimpin, dan membangun kembali kehidupan pasca-bencana. Dengan dukungan yang tepat, perempuan dapat menjadi agen perubahan yang mendorong ketahanan komunitas yang lebih kuat dan inklusif. (ath)