DEAL GENDER | Peran gender bersifat budaya dan pribadi. Mereka menentukan bagaimana laki-laki dan perempuan harus berpikir, berbicara, berpakaian, dan berinteraksi dalam konteks masyarakat. Pembelajaran berperan dalam proses pembentukan peran gender ini. Skema gender ini adalah kerangka kerja kognitif yang tertanam dalam tentang apa yang mendefinisikan maskulin dan feminin. Sementara berbagai agen sosialisasi—orang tua, guru, teman sebaya, film, televisi, musik, buku, dan agama—mengajar dan memperkuat peran gender sepanjang hidup, orang tua mungkin memberikan pengaruh terbesar, terutama pada anak mereka yang masih sangat muda.

Seperti disebutkan sebelumnya, sosiolog mengetahui bahwa orang dewasa memandang dan memperlakukan bayi perempuan dan laki-laki secara berbeda. Orang tua mungkin melakukan ini sebagai tanggapan atas penerimaan ekspektasi gender mereka sebagai anak kecil. Secara tradisional, ayah mengajari anak laki-laki cara memperbaiki dan membangun sesuatu; ibu mengajari anak perempuan cara memasak, menjahit, dan mengurus rumah. Anak-anak kemudian menerima persetujuan orang tua ketika mereka memenuhi ekspektasi gender dan mengadopsi peran konvensional dan diterima secara budaya. Semua ini diperkuat oleh agen sosialisasi tambahan, seperti media. Dengan kata lain, pembelajaran peran gender selalu terjadi dalam konteks sosial, nilai-nilai orang tua dan masyarakat diwariskan kepada anak-anak dari generasi berikutnya.

Peran gender yang diadopsi selama masa kanak-kanak biasanya berlanjut hingga dewasa. Di rumah, orang memiliki praduga tertentu tentang pengambilan keputusan, praktik pengasuhan anak, tanggung jawab keuangan, dan sebagainya. Di tempat kerja, orang juga memiliki anggapan tentang kekuasaan, pembagian kerja, dan struktur organisasi. Semua ini tidak dimaksudkan untuk menyiratkan bahwa peran gender, dalam dan dari dirinya sendiri, baik atau buruk; mereka hanya ada. Peran gender adalah realitas dalam kehidupan hampir semua orang. (ath)