DEAL MEDAN | Maraknya aksi ugal-ugalan sopir angkot sampai aksi tukang parkir merangkap preman di kota Medan, meramaikan media sosial dan dunia maya hingga aksi boikot produk yang masuk ke kota Medan dari daerah luar.
Menanggapi hal tersebut, pengamat hukum dan media dari Universitas Battuta Medan Alim Thonthowi angkat bicara, ia mengatakan pemerintah kota Medan perlu belajar cara memberantas premanisme dari kota Palembang.
Menurut mantan hakim tersebut, kota Palembang dulu sama persis seperti kota Medan, aksi premanisme dimana-mana sampai saling tujah (tusuk pisau), namun berkat kepemimpinan walikota Edy Santana Putra dua periode, kota Palembang menjadi BARI (Bersih, Aman, Rapih dan Indah).
“Pak Bobby perlu belajar dari kota Palembang, jumpai pak Edy Santana Putra yang sekarang anggota DPR RI dari Partai Gerindra, belajar bagaimana mengelola kota, menata kota dan mengatasi premanisme, aksi sok jagoan,” jelas Alim kepada www.deal-channel.com pada Senin (20/03) pagi, dari kota Medan.
Direktur kantor hukum paralegal Indonesia kota Medan itu juga menambahkan, aksi premanisme di kota Medan sudah meresahkan masyarakat, bahkan sampai viral di media sosial, ditonton oleh semua usia termasuk anak-anak, bahkan komentar masyarakat menganggap hal itu adalah biasa.
“Waduh, kalau aksi premanisme dianggap hal biasa mau jadi apa kota Medan dan orang Medan ini, saya tadi menganggap Medan ini percontohan untuk kota besar di Sumatera loh, tapi kalau aksi ugal-ugalan sopir angkot, aksi premanisme, dan aksi sok jagoan tukang parkir dianggap hal biasa di Medan, saya yakin Medan dan masyarakatnya akan hancur, gak dianggap, justru tidak akan diperhitungkan di tingkat nasional, semua orang malas ke Medan,” papar direktur kantor berita online nasional itu.
Hal yang sama juga disampaikan oleh Indra Kasiyanto Pasaribu, advokat yang sudah lama di Jakarta itu berpandangan kota Medan tidak seperti dulu saat dia sekolah di sana.
“Ya, banyak berubah, berubah jadi rusak, sayang sekali, padahal banyak orang-orang hebat dari Medan, sumatera utara tapi mereka tidak mampu membenahi,” jelasnya.
Menurut Indra, seharusnya memang perlu belajar dari kota-kota lain, Palembang termasuk rekomendasi yang perlu diperhatikan cara mengelola kota dan mengelola preman dan tukang parkir.
“Ya, saya tahu cerita kota Palembang dulu dan sekarang, sebenarnya tidak rumit jika mau belajar, apalagi premanisme, pasti ada caranya,” tegas advokat yang lama di Jakarta ini. (jm/ba)