DEAL FOKUS | Sejak jalan tol dibangun, masyarakat berduyun-duyun mudik menikmati kendaraan pribadi dan menyewa transportasi umum, hal tersebut untuk melihat-lihat kondisi jalan tol yang baru saja diresmikan, di satu sisi adanya jalan tol membuat sarana transportasi berjalan lancar namun pada sisi lain masih merugikan transportasi lainnya seperti kereta api.
Kereta api sudah ada sejak lama, jauh sebelum jalan tol dibangun. Dulu, zaman kemerdekaan sarana transportasi jarak jauh menggunakan kereta api warisan Belanda. Sekarang kereta api mulai ditinggalkan, apalagi di wilayah Sumatera.
Akses jalan kereta api di pulau Sumatera hanya ada di Provinsi Sumatera Selatan menuju provinsi Lampung, kemudian Provinsi Sumatera Barat dan Provinsi Sumatera Utara. Jika Anda dari Palembang ingin ke Jakarta dapat menggunakan kereta api menuju stasiun Tanjung Karang di Bandar Lampung kemudian naik bus Damri menuju Jakarta lewat penyeberangan Bakauheni arah Merak.
Itu cerita dulu, sekarang sejak ada jalan tol Palembang Lampung, masyarakat di sekitar Jambi, Bengkulu dan Palembang yang ingin menuju Jakarta dan seterusnya, cukup membawa mobil pribadi lewat jalan tol Palembang Bakauheni kemudian naik kapal dan turun di pelabuhan Merak Banten terus masuk tol arah Jakarta. Singkat bukan!
Ada sisi baik jika jalan tol tetap dilanjutkan, tapi masih ada sisi tidak baiknya jika melirik kondisi kereta api sekarang. Masyarakat lebih tertarik mengendarai mobil pribadi daripada naik kereta api yang lama dan melelahkan. Jarak antara Palembang dan Lampung jika naik kereta api akan memakan waktu satu hari atau satu malam, coba jika menggunakan mobil pribadi atau menyewa travel (mobil sewa) hanya memakan waktu sekitar 4 sampai 5 jam.
Fakta berikutnya terjadi di wilayah Sumatera Utara, kereta api di sana akan tertinggal jika semua jalan tol di dalamnya terhubung. Sebagai contoh, Medan menuju Kisaran, selama ini masyarakat yang bekerja di kota Kisaran dan kota Tanjung Balai Asahan dari Medan menggunakan kereta api, namun jika tol Tebing Tinggi Kisaran selesai, maka penggunaan kereta api akan ditinggalkan.
“Jelas lebih dekat jika masuk tol dari Medan langsung menuju Kisaran, dekat sekali,” kata Marzuki Nasution kepada www.deal-channel.com.
Marzuki adalah salah seorang pegawai negeri sipil yang bekerja di salah satu dinas di kota Kisaran Kabupaten Asahan Sumatera Utara. Bapak dua anak ini tinggal di kota Medan dan setiap minggu harus pulang pergi dari Kisaran menuju Medan dan begitu pula sebaliknya.
Selama ini ia memakai transportasi kereta api dari Medan menuju Kisaran dan sebaliknya, namun menurutnya, jika tol Tebing Tinggi Kisaran tuntas, ia akan menggunakan mobil pribadi untuk bekerja. Alasan jelas, ia menilai jarak tempuh Medan Kisaran hanya sekitar 3-4 jam saja.
“Tentu masyarakat yang mempunyai mobil pasti akan masuk tol, lebih cepat, nyaman dan aman,” kata pengamat hukum dan media dari Universitas Asahan Alim Thonthowi. Menurutnya, kondisi zaman sudah berubah, transportasi semakin modern dan pemerintah berusaha memberikan pelayanan sarana dan prasana yang baik bagi masyarakat. (moyo/red)