DEAL FOKUS | Kehadiran film India atau Bollywood kembali menggoyang Indonesia setelah vakum sejak 3 tahun terakhir. Meskipun sebagian disiarkan di beberapa stasiun televisi swasta di tanah air, namun belum seperti sekarang hadir di setiap laman internet dan media sosial.
Kehadiran film Bollywood menunjukkan Indonesia penggemar berat film ini, tidak hanya itu, orang Indonesia juga penggemar berat aktris dan aktor Bollywood, sebut saja Sahrukh Khan, Salman Khan, Amir Khan, Alia Bath, Katrina Kaif, Karina Kapoor, Amitha Bachan dan lainnya.
Data menunjukkan bahwa hampir 78% penggemar berat film India ada di radio dan media sosial facebook. Beberapa radio bergenre melayu, dangdut dan etnis selalu menyiarkan lagu-lagu Hindustan, bahkan radio jaringan etnik menyediakan jadwal khusus untuk lagu dan acara Bollywood, keren ya!!
Selain lagu dan acara khusus radio, televisi juga telah memproduksi film-film bergenre India, seperti yang disampaikan Vijay Kapoor via CNN Channel kepada www.deal-channel.com sutradara lebih memilih genre Bollywood percintaan dan aksi laga karena lebih prospek.
“Film Hindustan aksi laga dan tema percintaan masih masuk box office,” tegasnya.
Untuk menyiasati pasar film, para sutradara film India menyatukan beberapa tema tersebut dalam setiap film Hindustan. Vijay mengungkapkan, tak heran jika dalam film Bollywood tema percintaan, aksi laga dan petualangan masuk dalam satu kemasan produksi film.
“Hemat biaya dan efisien saja,” katanya.
Benar jika alasan demikian, durasi 3 jam film India yang ditonton tidak akan bosan karena di dalam satu produksi film itu terdapat beberapa tema berbeda, ada aksi laga kemudian percintaan dan cerita petualangan si aktor dan aktris.
Hal itu diakui oleh pengamat film Imron Supriyadi, menurutnya budaya masyarakat India hampir sama dengan budaya masyarakat Indonesia yang mengusung etnik, ragam bahasa, tarian dan seni.
“Wajar jika ada tarian dikemas dengan cerita seru di dalam satu film,” jelas mantan reporter radio Smart FM Palembang tersebut.
Meskipun demikian, bagi produser film India goyangan film mereka yang masuk ke Indonesia merupakan industri bisnis besar, namun tidak bagi Indonesia.
Menurut dosen hukum ekonomi Islam dari Universitas Battuta Medan Alim Thonthowi, saat kondisi ekonomi Indonesia tertatih-tatih justru industry film India merajalela.
“Itulah strategi bisnis mereka yang harus kita pahami baik-baik, kita pun dapat memproduksi film kita sendiri yang khas Indonesia,” jelasnya.
Banyak film Indonesia yang mendunia bahkan membawa nama besar para pemainnya, sebut saja Iko Uwais, Joe Taslim dan Kinanti.
“Kalau masih ingat, film Ketika cinta bertasbih mampu menembus pasar Asia Tenggara dan Mesir,” tambah Alim.
Hanya saja menurutnya, konsistensi belum ada di produser Indonesia sehingga masih kalah dengan India. Produser negara Hindustan konsisten mengusung film sebagai bagian dari industri perekonomian negara mereka, sementara Indonesia belum fokus ke arah perfilman.
“Ini kritik, kita tidak fokus di sana, mungkin karena ada industri yang lebih besar, sawit, batubara, timah, nikel, tapi tidak ada salahnya jika perfilman menjadi fokus bisnis,” papar Alim Thonthowi. (ba)