DEAL PROFIL | Sosok pria tampan ini dilahirkan di Palembang 14 Maret 1947 (74 tahun) di lorong ayam (sungai aur) di Kelurahan 9 Ulu Kota Palembang yang dekat dengan pasar 10 Ulu Palembang.
Beliau pernah menjadi guru Bahasa Inggris di Shailendra Institution Palembang sekitar tahun 1966 sampai tahun 1979, selain itu ia juga melakoni profesi sebagai honorer di salah satu BUMD milik Pemerintah Daerah Sumatera Selatan yang bernama Prodexim.
Mengajar Bahasa Inggris menjadi kesan tersendiri bagi pelantun lagu P. Ramle itu, murid beliau antara lain; Tantowi Yahya (mantan Dubes Selandia Baru), Helmy Yahya (presenter dan raja kuis), Jimly Asshiddiqie (mantan ketua MK), Amhar AZ (Dubes Rumania), Darmansyah Jumala (Dubes Viena) dan Madi Mangku Pastike.
Anwar Fuady telah menikah dengan Farida Cosim pada tanggal 14 Februari 1971 dan dikaruniai lima orang anak, ada Fery Senopati, Tillya Mavalda, Silvy Meutia, Farouk Fuady dan Moudy Ambhita Cinta. Pada tanggal 18 Juli 2021 peraih doktor ilmu hukum dari Pascasarjana Universitas Hasanuddin Makassar ini ditinggalkan sang istri yang terkena covid-19, lalu selisih beberapa hari pada tanggal 21 Juli 2021 anak pertama meninggal dunia.
Anwar Fuady mengakui, saat dulu hidupnya susah dan ia tidak ingin anak dan cucunya mengalami nasib sama. Cita-cita terlalu tinggi untuk mewujudkan mimpinya menjadi orang sukses mendorongnya hijrah ke Jakarta. Tahun 1966 ia bekerja di Jakarta serabutan dan sempat masuk ke Akademi Teater dan Film di kawasan Jalan Menteng Raya Nomor 19, film pertama beliau adalah manusia dan peristiwa yang disutradarai oleh Nawi Ismail. Tak lama di Jakarta Anwar Fuady kembali ke Palembang untuk mengajar Bahasa Inggris dan pada tahun 1979 ia bersikeras untuk berangkat lagi ke Jakarta bersama istri dan 4 orang anaknya.
Apa yang dilakukan? Pengakuan Anwar Fuady, di tahu itu ia mengajanr Bahasa Inggris di beberapa tempat kursus seperti English Institution di Petak Sembilan Jakarta dan menjadi guru Bahasa Inggris privat yang mendatangi rumah-rumah pejabat PT. PUSRI (Pupuk Sriwijaya).
“Kalau mereka mau ke luar negeri, harus bisa berbahasa Inggris, saya yang mengajarinya,” kenang Anwar Fuady.
Pengagum baju percase ini tetap konsisten di dunia aktor dan perfilman, soal politik ia hanya “canda-canda saja”. Meskipun pernah menjadi calon Presiden RI melalui konvensi Golkar, namun terjun ke dunia politik jauh dari pikirannya.
“Saya hanya mau menunjukkan kepada masyarakat bahwa jangan pernah meremehkan aktor, mereka juga mempunyai kemampuan di bidang politik dan keilmuan lainnya,” tegasnya.
Pesan beliau untuk generasi muda, terus berusaha untuk terhormat, kaya itu bukanlah keturunan tapi usaha dan kerja keras. “kalau kita lahir dalam kondisi miskin itu sudah nasib karena orangtua kita yang melarat, tapi kalau kita yang sudah tua ini masih miskin itu buyan (bodoh), harus bekerja, Indonesia begitu besar ini masak tidak bisa berusaha dan kerja keras,” paparnya. (ath)