DEAL MALAYSIA | Kampanye Visit Sarawak diperdebatkan oleh Dewan Pariwisata Sarawak untuk menghasilkan logo. Gaya keseluruhan logo sederhana, ramah, dan mudah didekati sambil mempertahankan sifatnya yang berdampak. Sapuan kuas pada font logo menggambarkan kesenangan dan keramahan, mewakili keramahan tak tertandingi yang ditemukan di Sarawak.
Warna-warna yang berbeda dan cerah mewakili keragaman dan banyak elemen yang membuat Sarawak unik. Merah dan kuning menunjukkan warna pada bendera Sarawak, oleh karena itu digunakan dalam huruf “S” dan “R”. Oranye mewakili semangat yang kuat dan energi yang hidup dari komunitas etnis yang berbeda di Sarawak. Hijau melambangkan hutan hujan lebat yang penuh dengan kehidupan. Biru mencerminkan ketenangan laut di sepanjang garis pantai Sarawak yang panjang. Huruf “S” pada logo menampilkan pola keriting, meniru desain tradisional yang sering digunakan dalam karya seni masyarakat Dayak dan Orang Ulu. ‘Kepala rangkong’ di tengah menggantikan abjad ‘A’ mewakili “Bumi Kenyalang” yang telah dicap Negara selama bertahun-tahun serta makna budaya yang dimiliki rangkong bagi penduduk asli Sarawak. Logo ini juga menambahkan elemen alam lainnya, karena salah satu daya tarik utama Sarawak adalah alamnya.
TAGLINE ‘LEBIH UNTUK DITEMUKAN’
Tagline “More to Discover” memiliki font sederhana yang condong ke depan yang memberikan kesan gerakan maju sambil menggambarkan konsep yang tegas dan jelas, memperkuat pesan bahwa Negara serius dalam semua pengembangan pariwisata dan bersemangat untuk menawarkan ‘More to Discover ‘ dalam budaya, petualangan dan atraksi alam. Keputusan untuk memiliki tagline “Lebih Banyak untuk Ditemukan” adalah untuk meneriakkan kepada dunia bahwa Sarawak memiliki lebih banyak penawaran daripada yang bisa dibayangkan siapa pun.
Ungkapan tersebut memastikan bahwa seseorang perlu menginjakkan kaki di Sarawak secara pribadi untuk benar-benar menemukan semua atraksi yang dimiliki Sarawak, alih-alih hanya melihatnya dari layar. Hal ini juga menjanjikan bahwa sekali seseorang telah ke Sarawak, selalu ada lebih banyak bagi mereka untuk mengalami dan menemukan, karena ada jauh lebih banyak di dalam Negara daripada yang bisa dialami oleh seorang musafir dalam satu perjalanan.
TEMUKAN BUDAYA
Sebagai negara bagian terbesar di Malaysia, Sarawak adalah rumah bagi 27 kelompok etnis, yang berbicara dalam 45 bahasa dan dialek, dan masing-masing dengan cerita, budaya, tradisi, dan kepercayaan yang penuh warna yang membuat Sarawak menjadi ekstravaganza budaya yang menunggu untuk dijelajahi.
Misalnya, wisatawan ke Sarawak akan memiliki kesempatan untuk bertemu orang-orang dari suku Iban, yang dikenal dengan keterampilan mengayau dan perluasan suku di masa lalu. Meskipun suku tersebut telah lama meninggalkan praktik pengayauan, mereka masih mempertahankan adat dan praktik mereka yang kaya serta terus berbicara dalam bahasa mereka sendiri.
Masyarakat hulu atau Orang Ulu sendiri terdiri dari berbagai suku seperti Kayan, Kenyah, Lun Bawang dan Kelabit. Mereka masing-masing memiliki bahasa, gaya hidup dan budaya yang unik. Kesenian dan musik mereka yang eksotis telah menyebar secara internasional, terlihat dari semakin populernya kecapi atau sape perahu, seperti yang dimainkan oleh musisi Sarawak terkenal seperti Tuku Kame.
Museum kelas dunia, komunikasi yang mudah, keramahan otentik, dan perdagangan agama dan budaya yang beragam, semuanya merupakan bagian dari daya tarik budaya.
TEMUKAN PETUALANGAN
Di darat, pengunjung memiliki banyak pilihan petualangan – mulai dari penjelajahan hutan, gua petualangan, hingga pendakian gunung, panjat tebing, dan ekspedisi hutan. Di dalam air, pengunjung dapat memilih aktivitas sungai, menyelam, olahraga air, memancing, jet ski, dan berperahu pesiar.
Penjelajah kota dapat mengunjungi Kuching, yang memiliki salah satu perpaduan arsitektur paling menarik di Malaysia, dengan bangunan kolonial di antara arsitektur modern.
Selain itu, pengunjung tidak hanya bisa membawa pulang karya seni dan kerajinan tersebut tetapi juga bisa belajar cara membuatnya dari pengrajin terampil setempat. Orang Ulu mahir dalam mengajarkan kerajinan manik-manik yang terampil, sedangkan orang Iban adalah penenun yang cekatan. Baik Melanau dan Bidayuh terkait dengan pembuatan keranjang dan pembuatan topi dan artefak menggunakan sumber daya alam seperti bambu, palem, rotan dan kulit pohon.(Red)