DEAL FOKUS | Di tengah upaya pemerintah memperkuat ketahanan pangan nasional, Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka menunjukkan komitmen serius dalam mendukung sektor pertanian, khususnya komoditas tebu. Dalam kunjungan kerjanya ke Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat, Gibran turut serta dalam panen raya tebu sebagai simbol nyata dorongan pemerintah untuk mewujudkan swasembada gula.
Kegiatan panen ini bukan sekadar seremoni. Gibran, yang dikenal vokal dalam menggaungkan modernisasi pertanian dan hilirisasi komoditas lokal, menyampaikan bahwa Indonesia tidak boleh terus bergantung pada impor gula. Saat ini, kebutuhan gula nasional mencapai lebih dari 6 juta ton per tahun, sementara produksi dalam negeri masih jauh dari cukup. Kesenjangan inilah yang ingin dijembatani melalui perluasan lahan, modernisasi produksi, dan investasi di sektor pengolahan.
“Panen tebu ini adalah bukti bahwa daerah seperti Dompu memiliki potensi besar. Kita harus maksimalkan lahan-lahan produktif ini, beri pendampingan pada petani, dan pastikan hasilnya diserap industri,” ujar Gibran di tengah sawah tebu yang menghampar luas.
Langkah konkret pun mulai diambil. Pemerintah pusat melalui Badan Pangan Nasional dan Kementerian Pertanian menggulirkan program revitalisasi pabrik gula dan membangun kemitraan antara petani dan pabrik pengolahan. Tak hanya itu, pendekatan teknologi seperti penggunaan bibit unggul, sistem irigasi modern, dan digitalisasi rantai pasok mulai diperkenalkan di sentra-sentra produksi tebu.
Menurut para ahli, swasembada gula bukanlah mimpi mustahil jika pemerintah mampu menjaga konsistensi kebijakan. Indonesia pernah mencapai swasembada gula pada awal 1980-an, sebelum merosot karena kurangnya investasi dan reformasi sektor pertanian. Kini, di bawah sorotan kepemimpinan generasi baru, termasuk Gibran, peluang itu terbuka kembali.
Namun tantangan tetap ada. Dari persoalan klasik seperti distribusi pupuk, alih fungsi lahan, hingga rendahnya harga jual tebu di tingkat petani. Untuk itu, Gibran menegaskan pentingnya sinergi antara pusat dan daerah, serta peran aktif BUMN dan sektor swasta.
“Swasembada gula adalah harga diri bangsa. Kita harus wujudkan bersama. Tidak bisa hanya retorika, tapi harus aksi nyata di lapangan,” tegasnya.
Dengan langkah-langkah strategis dan dukungan politik yang kuat, panen tebu yang dihadiri Wapres Gibran ini menjadi simbol semangat baru menuju kemandirian pangan nasional. Sebuah babak baru dalam sejarah pertanian Indonesia sedang ditulis—dan tebu menjadi salah satu tinta utamanya. (ath)