DEAL RILEKS | Di balik gegap gempita perayaan Tahun Baru Islam 1 Muharram, terdapat ritual kecil yang menyentuh dan menyatukan banyak keluarga di Indonesia: makan bersama dengan hidangan penuh makna, salah satunya sambal telur puyuh dengan kentang mungil. Meski tampak sederhana, lauk ini menjadi lambang rasa syukur, kesederhanaan, dan harapan akan kehidupan yang lebih baik di tahun baru Hijriyah.
Di berbagai rumah, khususnya di kampung-kampung dan lingkungan masyarakat urban yang masih memegang teguh nilai-nilai religius, suasana Tahun Baru Islam kerap ditandai dengan dzikir bersama, doa pergantian tahun, dan santap bersama keluarga. Di meja makan yang hangat, sambal telur puyuh dan kentang mungil seringkali hadir sebagai lauk utama yang membangkitkan selera dan kenangan.
Contents
Makna dalam Kesederhanaan
Telur puyuh direbus dan kemudian dimasak bersama sambal merah yang pedas manis, menciptakan paduan rasa yang menggoda. Kentang mungil, yang dipotong kecil dan digoreng kering sebelum dimasukkan ke dalam sambal, menambah tekstur garing dan rasa gurih yang khas. Keduanya lalu disatukan dalam baluran sambal cabai merah yang telah ditumis dengan bawang, tomat, dan sedikit gula merah.
Menurut Budayawan Kuliner Jawa, Dr. Yuli Santika, hidangan ini menyimbolkan nilai “cukup” dan “tabah”.
“Telur puyuh itu kecil, tapi penuh gizi. Kentang mungil pun tidak mewah, tapi mengenyangkan. Ini filosofi makanan yang menyampaikan bahwa Tahun Baru Islam tak perlu dirayakan dengan kemewahan, cukup dengan kebersamaan dan rasa syukur,” jelasnya.
Tradisi Kuliner Nusantara
Sambal telur puyuh dan kentang mungil bukanlah hidangan eksklusif wilayah tertentu. Dari Jawa Tengah, Sumatera Barat, hingga Sulawesi Selatan, variasi sambal telur puyuh muncul dengan sentuhan lokal masing-masing—ada yang menambahkan daun jeruk, lengkuas, bahkan petai sebagai penyedap. Namun esensinya tetap sama: lauk yang sederhana, hemat, namun penuh rasa dan kehangatan.
Bagi banyak keluarga muslim di Indonesia, momen Tahun Baru Islam bukan hanya tentang doa dan pengajian, tapi juga kesempatan mempererat ikatan kekeluargaan. Lauk pauk seperti sambal telur puyuh mengisi meja makan sebagai simbol keberkahan dari rezeki yang halal dan penuh cinta.
Kemandirian Pangan Rumah Tangga
Tak sedikit keluarga yang memilih memasak sendiri lauk ini, menggunakan bahan dari kebun atau pasar tradisional. Telur puyuh lokal dan kentang hasil kebun rumahan menjadi bukti nyata bagaimana kemandirian pangan berperan dalam ketahanan keluarga. Di era krisis global dan tantangan ekonomi, makanan rumah seperti ini mengembalikan masyarakat pada nilai gotong royong, hemat, dan peduli kesehatan.
Lebih dari Sekadar Lauk
Bagi anak-anak, sambal telur puyuh dan kentang mungil adalah makanan kesukaan yang menggugah selera. Bagi orang tua, ini adalah sajian penuh kenangan. Dan bagi generasi muda, ini adalah simbol keterhubungan pada akar budaya dan agama mereka.
Ketika cahaya 1 Muharram menyinari rumah-rumah, aroma sambal telur puyuh dan kentang mungil turut menghangatkan suasana. Tak sekadar menggoyang lidah, lauk ini hadir sebagai pengingat bahwa kebahagiaan sejati seringkali lahir dari hal-hal yang paling sederhana. (ath)