DEAL ZIQWAF | Menjelang datangnya 1 Muharram, yang menandai pergantian Tahun Baru Islam, suasana religius dan reflektif mulai terasa di berbagai penjuru Dubai, kota kosmopolitan di jantung Timur Tengah. Meski dikenal dengan pencakar langit, pusat perbelanjaan mewah, dan teknologi futuristik, Dubai tak melupakan akar spiritualnya. Di momen ini, tradisi Islam dan nilai kemanusiaan justru mendapat ruang lebih luas di tengah hiruk pikuk kehidupan modern.
Contents
Hening di Tengah Megapolitan
Beberapa hari menjelang Tahun Baru Islam, ritme kota yang biasanya cepat mulai melambat. Pemerintah Dubai, melalui Otoritas Urusan Islam dan Kegiatan Amal (IACAD), mengeluarkan seruan untuk memperingati Muharram dengan kegiatan yang penuh makna dan kesederhanaan. Hiburan umum seperti pertunjukan musik atau pesta kembang api ditiadakan, memberi ruang bagi umat Islam untuk merenung dan berdoa.
Di kawasan Deira, Al Fahidi, dan Jumeirah, masjid-masjid mulai ramai oleh jamaah yang menghadiri majelis dzikir, pembacaan sejarah hijrah Nabi Muhammad SAW, dan tausiyah dari ulama lokal maupun internasional. Kaligrafi bertuliskan “Welcome Muharram 1447H” terpampang elegan di pusat komunitas Muslim dan di media digital kota.
“Tahun Baru Islam bukan tentang pesta, tapi saat terbaik untuk evaluasi diri dan memperbarui niat,” ujar Sheikh Khalid Al Ameri, penceramah muda Dubai yang aktif di media sosial.
Spirit Hijrah dalam Bingkai Globalisasi
Di Dubai, masyarakat berasal dari lebih dari 200 kebangsaan. Tahun Baru Islam dirayakan tidak hanya oleh warga lokal Emirati, tetapi juga ekspatriat dari Indonesia, Mesir, India, Pakistan, dan negara-negara Afrika. Dalam konteks ini, semangat hijrah mendapatkan tafsir yang lebih luas: berpindah dari kondisi spiritual yang stagnan menuju kehidupan yang lebih baik, lebih etis, dan penuh kontribusi.
Banyak komunitas diaspora Indonesia dan Asia Tenggara mengadakan pengajian, lomba kaligrafi, serta bazar halal yang diisi makanan khas seperti nasi kebuli, martabak, dan kurma segar. Di kawasan Al Barsha dan Satwa, keluarga berkumpul merayakan dengan hidangan sederhana, mempererat tali silaturahmi lintas budaya.
Refleksi dalam Layanan Sosial
Tahun Baru Islam di Dubai juga ditandai dengan semangat berbagi. Lembaga zakat, yayasan sosial, dan komunitas masjid menyelenggarakan program pembagian makanan gratis bagi pekerja migran, santunan untuk anak yatim, serta kampanye donor darah. Program ini sejalan dengan visi pemerintah Dubai yang menjadikan kota ini sebagai “pionir kemanusiaan” di kawasan Teluk.
Bahkan beberapa perusahaan swasta dan hotel berbintang turut serta dengan membuka program CSR khusus Muharram, menyediakan makan malam gratis dan pelayanan kesehatan bagi para pekerja konstruksi dan keluarga kurang mampu.
Masa Depan Islam dan Teknologi
Menariknya, di era digital, pemerintah Dubai juga menghadirkan pengingat Tahun Baru Islam melalui teknologi. Aplikasi kota pintar menampilkan kutipan-kutipan hijrah, jadwal acara keislaman, hingga siaran langsung ceramah dari masjid-masjid besar. Teknologi tidak menjadi penghalang spiritualitas, justru menjadi jembatan untuk memperluas jangkauan pesan Islam yang damai dan progresif.
Cahaya Muharram di Tengah Kota Futuristik
Di balik kemewahan arsitektur dan ambisi sebagai pusat inovasi global, Dubai tetap menjaga ruh Islam sebagai fondasi utamanya. Tahun Baru Islam bukan sekadar tanggal dalam kalender hijriyah, melainkan momen yang menyatukan warga dari berbagai latar belakang dalam semangat refleksi, hijrah, dan kepedulian.
Menjelang 1 Muharram, Dubai mengajarkan bahwa kemajuan dan spiritualitas tidak harus bertentangan. Di sinilah, di tengah padang pasir yang kini bersinar sebagai pusat dunia, cahaya Muharram bersinar dengan makna yang lebih mendalam dan melampaui batas geografis dan budaya. (ath)