Jingshan Park: Taman Klasik di Jantung Beijing yang Menyimpan Jejak Dinasti

DEAL PROFIL | Di balik keramaian pusat kota Beijing yang penuh hiruk pikuk dan modernisasi, berdiri sebuah taman bersejarah yang menawarkan ketenangan, panorama kota, serta jejak mendalam peradaban Tiongkok: Jingshan Park (景山公园). Terletak tepat di utara Kota Terlarang (Forbidden City), taman ini bukan sekadar ruang hijau, melainkan sebuah situs kebudayaan yang memainkan peran penting dalam sejarah kekaisaran Tiongkok.

Taman di Atas Bukit Buatan

Jingshan Park terkenal karena bukit buatan setinggi sekitar 45 meter yang berdiri di tengah taman. Bukit ini bukan terbentuk secara alami, melainkan hasil dari proyek rekayasa besar pada masa Dinasti Ming (abad ke-15). Tanah yang digunakan untuk membangun bukit ini berasal dari penggalian parit dan kanal di sekitar Kota Terlarang, sekaligus berfungsi sebagai perlindungan fengshui yang diyakini menyeimbangkan energi istana kekaisaran.

Read More

Di puncak bukit, terdapat Paviliun Wanchun—tempat favorit wisatawan dan warga lokal menikmati pemandangan 360 derajat kota Beijing, termasuk Kota Terlarang, Menara Genderang, dan bahkan jajaran pegunungan di kejauhan pada hari cerah. Saat matahari terbenam, dari sinilah kilau keemasan atap Kota Terlarang terlihat begitu memukau.

Saksi Bisu Akhir Dinasti Ming

Jingshan Park menyimpan salah satu momen paling tragis dalam sejarah Tiongkok. Di bawah pohon di sisi timur bukit, Kaisar Chongzhen, kaisar terakhir Dinasti Ming, menggantung dirinya pada tahun 1644 setelah pasukan pemberontak memasuki Beijing. Lokasi ini kini ditandai dengan papan kecil yang menjadi pengingat peralihan era dari Dinasti Ming ke Dinasti Qing. Di mata sejarawan, peristiwa ini menjadi simbol runtuhnya kekuasaan kekaisaran yang telah berkuasa selama lebih dari dua abad.

Fungsi Baru Sebagai Ruang Publik

Dibuka untuk umum pada tahun 1928, Jingshan Park kini menjadi taman kota yang ramai, terutama bagi warga lansia yang datang pagi-pagi untuk berolahraga, bernyanyi, bermain musik tradisional, atau sekadar bercengkerama. Banyak juga komunitas yang rutin mengadakan kegiatan seni dan budaya di ruang terbuka taman ini.

Berbagai jenis pohon buah dan bunga musiman tumbuh subur di taman seluas 23 hektar ini, menciptakan suasana alami di tengah kota tua. Peony, bunga nasional Tiongkok, menjadi primadona setiap musim semi, menarik ribuan pengunjung lokal dan internasional.

Harmoni Masa Lalu dan Masa Kini

Jingshan Park bukan sekadar taman, melainkan penyeimbang antara masa lalu dan masa kini. Keindahan alamnya bersanding dengan narasi sejarah, menjadikannya simbol keberlanjutan warisan budaya di tengah perubahan zaman. Lokasinya yang strategis di sumbu tengah kota Beijing juga menjadikannya titik penting dalam tata kota kuno Tiongkok, yang dirancang berdasarkan prinsip kosmologi dan filosofi Timur.

Di tengah derasnya arus pembangunan, Jingshan tetap menjadi oase yang mempertemukan refleksi, estetika, dan sejarah. Ia tidak hanya menyimpan kenangan kekaisaran, tetapi juga menjadi ruang sosial yang terus hidup dan berkembang. (ath)

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *