DEAL GENDER | Ka’bah di Mekkah adalah pusat spiritual umat Islam di seluruh dunia. Setiap tahunnya, jutaan peziarah datang untuk melaksanakan ibadah haji dan umrah, termasuk kaum perempuan yang datang dari berbagai negara dengan latar belakang budaya yang berbeda. Kehadiran perempuan di sekitar Ka’bah bukan hanya simbol dari kesetaraan dalam ibadah, tetapi juga mencerminkan perjuangan mereka dalam menjalankan ajaran agama di tengah berbagai tantangan sosial dan budaya.
Spiritualitas dan Peran Perempuan dalam Ibadah Haji dan Umrah
Bagi perempuan Muslim, berada di sekitar Ka’bah adalah pengalaman spiritual yang mendalam. Mereka menjalankan thawaf, sai, dan berbagai ritual lainnya dengan penuh kekhusyukan. Kehadiran perempuan dalam ibadah ini menegaskan bahwa Islam memberikan ruang yang sama bagi laki-laki dan perempuan dalam menjalankan kewajiban keagamaan.
Namun, dalam pelaksanaan ibadah, mereka juga menghadapi tantangan tersendiri. Kepadatan jamaah, keterbatasan fasilitas khusus bagi perempuan, dan aturan berpakaian yang harus dipatuhi adalah beberapa di antaranya. Meski demikian, semangat perempuan Muslim tetap tinggi untuk menjalankan ibadah dengan penuh ketulusan.
Tantangan dan Adaptasi di Tengah Tradisi dan Budaya
Di beberapa budaya, perempuan masih menghadapi hambatan dalam beribadah ke Mekkah. Ada yang harus mendapatkan izin dari keluarga atau wali laki-laki sebelum berangkat, sementara yang lain menghadapi keterbatasan ekonomi yang membuat ibadah haji atau umrah menjadi impian yang sulit diwujudkan.
Pemerintah Arab Saudi sendiri telah melakukan berbagai reformasi untuk meningkatkan akses bagi perempuan. Salah satu perubahan penting adalah diperbolehkannya perempuan untuk melakukan perjalanan haji dan umrah tanpa mahram (pendamping laki-laki), sebuah langkah yang memberikan lebih banyak kebebasan bagi perempuan Muslim dari berbagai penjuru dunia.
Kisah Perempuan di Sekitar Ka’bah
Di sekitar Masjidil Haram, banyak perempuan yang tidak hanya datang sebagai jamaah, tetapi juga sebagai pekerja. Mereka bekerja sebagai pemandu haji, petugas kebersihan, hingga pedagang di sekitar kawasan suci. Perjuangan mereka mencerminkan bagaimana perempuan juga memiliki peran penting dalam mendukung keberlangsungan ibadah di tempat suci ini.
Selain itu, ada juga kisah para perempuan peziarah yang menempuh perjalanan panjang dan penuh pengorbanan demi bisa menginjakkan kaki di Tanah Suci. Beberapa di antaranya mengumpulkan dana selama bertahun-tahun, bahkan menjual harta benda mereka demi bisa melaksanakan ibadah yang menjadi impian sepanjang hidup.
Kaum perempuan di sekitar Ka’bah bukan hanya peserta ibadah, tetapi juga simbol dari keteguhan, kesetaraan, dan perjuangan dalam menjalankan keyakinan. Di tengah tantangan yang ada, mereka tetap menunjukkan semangat luar biasa dalam melaksanakan ibadah dengan penuh kekhusyukan. Reformasi yang terus dilakukan di Arab Saudi menjadi angin segar bagi perempuan Muslim di seluruh dunia agar semakin mudah dalam menunaikan rukun Islam kelima ini. (ath)